Selasa, 24 Mei 2011

BAB 3
PERDARAHAN POST PARTUM
BATASAN

Perdarahan post partum adalah perdarahan melebihi 500 ml yang terjadi setelah bayi lahir. Dalam persalinan sukar untuk menentukan jumlah darah secara akurat karena tercampur dengan air ketuban dan serapan pada pakaian atau kain alas. Oleh karena itu bila terdapat perdarahan lebih banyak dari normal, sudah dianjurkan untuk melakukan pengobatan sebagai perdarahan postpartum.
TUJUAN UMUM
Setelah menyelesaikan bab ini, peserta akan mampu mengidentifikasi dan menatalaksana
perdarahan post partum.
TUJUAN KHUSUS
Untuk mencapai tujuan umum, peserta akan memiliki kemampuan untuk:

Mengidentifikasi tanda dan gejala serta mendiagnosis perdarahan post partum

Menatalaksana perdarahan post partum sesuai prosedur baku

Melakukan kompresi bimanual uterus

Melakukan kompresi aorta abdominal

Melakukan pemeriksaan laserasi jalan lahir/ robekan serviks

Melakukan penjahitan robekan serviks

Melakukan penglepasan plasenta secara manual
MASALAH
Perdarahan post partum dini yaitu perdarahan setelah bayi lahir dalam 24 jam pertama
persalinan dan perdarahan post partum lanjut yaitu perdarahan setelah 24 jam persalinan.
Perdarahan post partum dapat disebabkan oleh atonia uteri, robekan jalan lahir, retensio
plasenta, sisa plasenta dan kelainan pembekuan darah.
PENGELOLAAN UMUM

Selalu siapkan tindakan gawat darurat

Tata laksana persalinan kala III secara aktif

Minta pertolongan pada petugas lain untuk membantu bila dimungkinkan

Lakukan penilaian cepat keadaan umum ibu meliputi kesadaran nadi, tekanan darah,
pernafasan dan suhu

Jika terdapat syok lakukan segera penanganan

Periksa kandung kemih, bila penuh kosongkan

Cari penyebab perdarahan dan lakukan pemeriksaan untuk menentukan penyebab
perdarahan
Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar
3-1
Tabel 2.1 Jenis uterotonika dan cara pemberiannya
JENIS DAN CARA
OKSITOSIN
ERGOMETRIN
MISOPROSTOL
Dosis
dan
cara
pemberian

IV : 20 IU dalam 1 l larutan garam fisio logis dengan tetesan cepat
IM : 10 IU
IM atau IV (lambat) :
0.2 mg
Oral atau rektal 400 µg
dapat diulang
sampai
1200 µg
Dosis lanjutan

IV : 20 IU dalam 1 l larutan garam fisio- logis dengan 40 tetes / menit
Ulangi 0.2 mg IM
setelah 15 menit
400 µg 2-4 jam setelah
dosis awal
Dosis maksimal per
hari

Tidak lebih dari 3 l larutan dengan Oksi- tosin
Total 1 mg atau 5
dosis
Total 1200 µg atau 3 dosis
Kontra Indikasi
Pemberian IV secara
cepat atau bolus
Preeklampsia, vitium
cordis, hipertensi
Nyeri kontraksi Asma
DIAGNOSIS
GEJALA DAN TANDA
TANDA DAN GEJALA
LAIN
DIAGNOSIS KERJA

Uterus tidak berkontraksi dan lembek Perdarahan segera setelah anak lahir
Syok

Bekukan darah pada serviks atau posis terlentang akan menghambat aliran darah ke luar
Atonia uteri
Darah segar yang mengalir

segera setelah bayi lahir
Uterus kontraksi dan keras
Plasenta lengkap

Pucat
Lemah
Menggigil
Robekan jalan lahir
Plasenta belum lahir setelah
30 menit
Perdarahan segera (P3)
Uterus berkontraksi dan
keras
Tali pusat putus akibat traksi

berlebihan
Inversio uteri akibat tarikan
Perdarahan lanjutan
Retensio plasenta
Plasenta atau sebagian
selaput

(mengandung pembuluh darah) tidak lengkap
Perdarahan segera (P3)
Uterus berkontraksi tetapi
tinggi fundus tidak berkurang
Tertinggalnya sebagian
plasenta atau ketuban
Uterus tidak teraba
Lumen vagina terisi masa
Tampak tali pusat (bila
plasenta belum lahir)
Neurogenik syok
Pucat dan limbung
Inversio uteri
3-2
Buku Acuan
GEJALA DAN TANDA
TANDA DAN GEJALA
LAIN
DIAGNOSIS KERJA
Sub-involusi uterus
Nyeri tekan perut bawah
dan pada uterus
Perdarahan
Lokhia mukopurulen dan
berbau
Anemia
Demam

Endometristis atau sisa
fragmen plasenta
(terinfeksi atau tidak)
Late postpartum
hemorrhage
Perdarahan postpartum
sekunder
PENGELOLAAN KHUSUS
ATONIA UTERI

Atonia uteri terjadi bila miometrium tidak berkontraksi. Uterus menjadi lunak dan pembuluh darah pada daerah bekas perlekatan plasenta terbuka lebar. Atonia merupakan penyebab tersering perdarahan postpartum; sekurang-kuranya 2/3 dari semua perdarahan postpartum disebabkan oleh atonia uteri. Upaya penanganan perdarahan postpartum disebabkan atonia uteri, harus dimulai dengan mengenal ibu yang memiliki kondisi yang berisiko terjadinya atonia uteri. Kondisi ini mencakup:
1. Hal-hal yang menyebabkan uterus meregang lebih dari kondisi normal seperti pada:

Polihidramnion

Kehamilan kembar


Makrosomi
2. Persalinan lama
3. Persalinan terlalu cepat
4. Persalinan dengan induksi atau akselerasi oksitosin
5. Infeksi intrapartum
6. Paritas tinggi

Jika seorang wanita memiliki salah satu dari kondisi-kondisi yang berisiko ini, maka penting bagi penolong persalinan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya atoni uteri postpartum. Meskipun demikian, 20% atoni uteri postpartum dapat terjadi pada ibu tanpa faktor-faktor risiko ini. Adalah penting bagi semua penolong persalinan untuk mempersiapkan diri dalam melakukan penatalaksanaan awal terhadap masalah yang mungkin terjadi selama proses persalinan.
Langkah berikutnya dalam upaya mencegah atonia uteri ialah melakukanpenang anan
kala tiga secara aktif, yaitu:
1. Menyuntikan Oksitosin
-
Memeriksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan tunggal.
-

Menyuntikan Oksitosin 10 IU secara intramuskuler pada bagian luar paha kanan 1/3 atas setelah melakukan aspirasi terlebih dahulu untuk memastikan bahwa ujung jarum tidak mengenai pembuluh darah.
2. Peregangan Tali Pusat Terkendali
Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar
3-3

Pengelolaan
a. Episiotomi, robekan perineum, dan robekan vulva
Ketiga jenis perlukaan tersebut harus dijahit.
1. Robekan perineum tingkat I
Penjahitan robekan perineum tingkat I dapat dilakukan dengan memakai catgut yang
dijahitkan secara jelujur atau dengan cara jahitan angka delapan (figure of eight).
2. Robekan perineum tingkat II

Sebelum dilakukan penjahitan pada robekan perineum tingkat I atau tingkat II, jika dijumpai pinggir robekan yang tidak rata atau bergerigi, maka pinggir yang bergerigi tersebut harus diratakan terlebih dahulu. Pinggir robekan sebelah kiri dan kanan masing-masing dijepit dengan klem terlebih dahulu, kemudian digunting. Setelah pinggir robekan rata, baru dilakukan penjahitan luka robekan.

Mula-mula otot-otot dijahit dengan catgut, kemudian selaput lendir vagina dijahit dengan catgut secara terputus-putus atau delujur. Penjahitan mukosa vagina dimulai dari puncak robekan. Sampai kulit perineum dijahit dengan benang catgut secara jelujur.
3. Robekan perineum tingkat III
Pada robekan tingkat III mula-mula dinding depan rektum yang robek dijahit,
kemudian fasia perirektal dan fasial septum rektovaginal dijahit dengancatgut
kromik, sehingga bertemu kembali. Ujung-ujung otot sfingter ani yang terpisah akibat
robekan dijepit dengan klem / pean lurus, kemudian dijahit dengan 2 – 3 jahitan
catgut kromik sehingga bertemu lagi. Selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis
seperti menjahit robekan perineum tingkat II.
4. Robekan perineum tingkat IV

Pada robekan perineum tingkat IV karena tingkat kesulitan untuk melakukan perbaikan cukup tinggi dan resiko terjadinya gangguan berupa gejala sisa dapat menimbulkan keluhan sepanjang kehidupannya, maka dianjurkan apabila memungkinkan untuk melakukan rujukan dengan rencana tindakan perbaikan di rumah sakit kabupaten/kota.
b. Hematoma vulva
1. Penanganan hematoma tergantung pada lokasi dan besar hematoma. Pada
hematoma yang kecil, tidak perlu tindakan operatif, cukup dilakukan kompres.

2. Pada hematoma yang besar lebih-lebih disertai dengan anemia dan presyok, perlu segera dilakukan pengosongan hematoma tersebut. Dilakukan sayatan di sepanjang bagian hematoma yang paling terenggang. Seluruh bekuan dikeluarkan sampai kantong hematoma kosong. Dicari sumber perdarahan, perdarahan dihentikan dengan mengikat atau menjahit sumber perdarahan tersebut. Luka sayatan kemudian dijahit. Dalam perdarahan difus dapat dipasang drain atau dimasukkan kasa steril sampai padat dan meninggalkan ujung kasa tersebut diluar.
c. Robekan dinding vagina
1. Robekan dinding vagina harus dijahit.
2. Kasus kolporeksis dan fistula visikovaginal harus dirujuk ke rumah sakit.
Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar
3-9
d. Robekan serviks

Robekan serviks paling sering terjadi pada jam 3 dan 9. Bibir depan dan bibir belakang serviks dijepit dengan klem Fenster (Gambar 2.3). Kemudian serviks ditarik sedikit untuk menentukan letak robekan dan ujung robekan. Selanjutnya robekan dijahit dengan catgut kromik dimulai dari ujung robekan untuk menghentikan perdarahan.
A. Jahitan pertama dimulai dari
puncak robekan pada serviks
B. Sebagian robekan serviks setelah
dijahit
Gambar 2.3 Teknik menjahit robekan serviks
RETENSIO PLASENTA

Retensio plasenta ialah plasenta yang belum lahir dalam setengah jam setelah janin lahir. Plasenta yang belum lahir dan masih melekat di dinding rahim oleh karena kontraksi rahim kurang kuat untuk melepaskan plasenta disebut plasenta adhesiva. Plasenta yang belum lahir dan masih melekat di dinding rahim oleh karena villi korialisnya menembus desidua sampai miometrium disebut plasenta akreta. Plasenta yang sudah lepas dari dinding rahim tetapi belum lahir karena terhalang oleh lingkaran konstriksi di bagian bawah rahim disebut
plasenta inkarserata. Perdarahan hanya terjadi pada plasenta yang sebagian atau

seluruhnya telah lepas dari dinding rahim. Banyak atau sedikitnya perdarahan tergantung luasnya bagian plasenta yang telah lepas dan dapat timbul perdarahan. Melalui periksa dalam atau tarikan pada tali pusat dapat diketahui apakah plasenta sudah lepas atau belum dan bila lebih dari 30 menit maka kita dapat melakukan plasenta manual.
Prosedur plasenta manual sebagai berikut:


Sebaiknya pelepasan plasenta secara manual dilakukan dalam narkosis, karena relaksasi otot memudahkan pelaksanaannya terutama bila retensi telah lama. Sebaiknya juga dipasang infus NaCl 0,9% sebelum tindakan dilakukan. Setelah desinfektan tangan dan vulva termasuk daerah seputarnya, labia dibeberkan dengan tangan kiri sedangkan tangan kanan dimasukkan secara obstetrik ke dalam vagina.
3-10
Buku Acuan


Sekarang tangan kiri menahan fundus untuk mencegah kolporeksis. Tangan kanan dengan posisi obstetrik menuju ke ostium uteri dan terus ke lokasi plasenta; tangan dalam ini menyusuri tali pusat agar tidak terjadi salah jalan (false route).


Supaya tali pusat mudah diraba, dapat diregangkan oleh pembantu (asisten). Setelah tangan dalam sampai ke plasenta, maka tangan tersebut dipindahkan ke pinggir plasenta dan mencari bagian plasenta yang sudah lepas untuk menentukan bidang pelepasan yang tepat. Kemudian dengan sisi tangan kanan sebelah kelingking (ulner), plasenta dilepaskan pada bidang antara bagian plasenta yang sudah terlepas dan dinding rahim dengan gerakan yang sejajar dengan dinding rahim. Setelah seluruh plasenta terlepas, plasenta dipegang dan dengan perlahan-lahan ditarik keluar.


Kesulitan yang mungkin dijumpai pada waktu pelepasan plasenta secara manual ialah adanya lingkaran konstriksi yang hanya dapat dilalui dengan dilatasi oleh tangan dalam secara perlahan-lahan dan dalam nakrosis yang dalam. Lokasi plasenta pada dinding depan rahim juga sedikit lebih sukar dilepaskan daripada lokasi di dinding belakang. Ada kalanya plasenta tidak dapat dilepaskan secara manual seperti halnya pada plasenta akreta, dalam hal ini tindakan dihentikan.
Setelah plasenta dilahirkan dan diperiksa bahwa plasenta lengkap, segera dilakukan
kompresi bimanual uterus dan disuntikkan Ergometrin 0.2 mg IM atau IV sampai
kontraksi uterus baik. Pada kasus retensio plasenta, risiko atonia uteri tinggi oleh karena itu
harus segera dilakukan tindakan pencegahan perdarahan postpartum.
Apabila kontraksi rahim tetap buruk, dilanjutkan dengan tindakan sesuai prosedur tindakan
pada atonia uteri.
Plasenta akreta ditangani dengan histerektomi oleh karena itu harus dirujuk ke rumah
sakit.
Gambar 2.4 Pelepasan plasenta secara manual
SISA PLASENTA

Sisa plasenta dan ketuban yang masih tertinggal dalam rongga rahim dapat menimbulkan perdarahan postpartum dini atau perdarahan pospartum lambat (biasanya terjadi dalam 6 – 10 hari pasca persalinan). Pada perdarahan postpartum dini akibat sisa plasenta ditandai dengan perdarahan dari rongga rahim setelah plasenta lahir dan kontraksi rahim baik. Pada perdarahan postpartum lambat gejalanya sama dengan subinvolusi rahim, yaitu perdarahan
Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar
3-11
Perdarahan Postpartum

KEPERAWATAN STRATA S1 UNCEN


Laboratorium Keperawatan

Laboratorium Keperawatan merupakan laboratorium terpadu yang merupakan tempat praktikum yang memberikan gambaran tentang hospital image sehingga bias diakses oleh keperawatan maupun kedokteran, bahkan bila mungkin bidang keilmuan yan lain
1.      Visi Laboratorium Keperawatan
Menjadi pusat kegiatan dalam penyelenggaraan Tri Dharma Perguruan Tinggi bagi seluruh civitas akademika, khususnya Jurusan S1 dan D3 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
2.      Misi Laboratorium Keperawatan
a.      Menyelenggarakan Kegiatan Praktikum Keperawatan baik sebagai bagian dari kegiatan Akademik maupun Non-Akademik
b.      Menunjang Kegiatan Pengabdian Masyarakat
c.       Menyelenggarakan Kegiatan Pelatihan Ilmu Keahlian dan Pelatihan Keperawatan
d.      Menyelenggarakan Pendampingan Keperawatan
e.       Mengembangkan  keahlianm / ketrampilan dan Riset di bidang Keperawatan
f.       Turut serta mendukung dalam berbagai kegiatan untuk pengembangan Profesi Keperawatan
3.      Maksud  dan Tujuan
Disediakannya Laboratorium Keperawatan dimaksudkan untuk :
a.   Mengembangkan kemampuan Skill Keperawatan
b.   Menjadi media Pembelajaran sebelum praktek di Lahan ( RS / Puskesmas / Komunitas )
c.    Menjadi tempat / media diskusi / pengkajian masalah-masalah / Topik-topik Keperawatan guna mengembangkan Model Keperawatan Profesional
d.   Meningkatkan keahlian dalam menganalisis Masalah Keperawatan dalam Memberikan Asuhan Keperawatan
e.   Meningkatkan Keahlian dalam memecahkan berbagai masalah Keperawatan
f.    Menyiapkan Lulusan yang memiliki kompetensi dalam Keperawatan
g.   Menyiapkan Lulusan yang mampu berkompetisi dalam  dunia global
4.      Fungsi
Fungsi Laboratorium Keperawatan :
a.   Membantu kelancaran proses belajar mengajar praktikum Keperawatan
b.   Membantu Mahasiswa / dosen belajar mandiri meningkatkan ketrampilan keperawatan
c.    Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menjadi asisten sebagai kaderisasi sesuai spesifikasi
d.   Sebagai mini hospital yang memberikan gambaran riil pada mahasiswa tentang kegiatan, suasana dan rutinitas di Rumah sakit.
e.   Menyelenggarakan Kegiatan Praktikum Keperawatan baik Regule / Non-Reguler, kurikuler maumum non-kurikuler.
f.    Menyelenggarakan konsultasi keperawatan
g.   Menyelenggarakan Pelatihan Keperawatan
h.   Menyelenggarakan Pengabdian Masyarakat
i.     Sumber Informasi Keperawatan
5.      Mata Praktikum dan Ketrampilan yang diajarkan di Laboratorium Keperawatan:
1.   Mata Praktikum Keperawatan Kebutuhan Dasar Manusia ( KDM )
a.   Ketrampilan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia : Oksigenasi, Cairan & Elektrolit, Nutrisi, Eliminasi, Personal hygiene, Istirahat – Tidur, Mobilisasi, Kenyamanan dan Keamanan, Sterilisasi & Desinfeksi, Medikasi, Kebutuhan Spiritual dan Psikosososial dan Perawatan Menjelang ajal.
b.   Ketrampilan Pemeriksaan / Pengkajian Fisik : Penglihatan, pendengaran, penciuman, pencernaan, kardiovaskuler, pernafasan, integumen, muskuloskeletal, endokrin dan Tanda-tanda Vital.
2.   Mata Praktikum Keperawatan Maternitas
a.   Ketrampilan Pemeriksaan Fisik Ibu hamil
b.   Ketrampilan Pemeriksaan Fisik Ibu melahirkan / Masa Nifas & Menyusui
c.    Ketrampilan Pemeriksaan Fisik dan pemeriksaan dalam akseptor KB
d.   Ketrampilan Pemeriksaan Fisik Ibu dengan masalah Gyneckologi
e.   Perawatan Bayi Baru Lahir
f.    Pertolongan Persalinan
g.   Manajemen Nyeri Persalinan
h.   Perawatan Payudara / Manajemen Laktasi
i.     Perawatan dan Pemasangan Kontrasepsi
j.    Senam Nifas
k.   Perawatan Luka Episiotomi ( Vulva Hygiene )
l.     Perawatan Luka Sectio Saecaria
3.   Mata Praktikum Keperawatan Anak & Tumbuh Kembang
          Laboratorium Keperawatan Anak :
a.   Ketrampilan Pemeriksaan Fisik Pada Anak
b.   Ketrampilan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada Anak
c.    Perawatan Bayi Sehat
d.   Perawatan Bayi Sakit ( di Inkubator )
e.   Pemberian Immunisasi
f.    Perawatan Tali Pusat
g.   Ketrampilan Fisioterapi Dada ( Nebulizer, Suctioning, Clapping, Postural drainage )
h.   Ketrampilan Pemasangan Darmbuise dan Irigasi Kolon
i.     Ketrampilan Perawatan Colostomy pada Anak
j.    Ketrampilan Perawatan Anak dengan Fototerapi
k.   Ketrampilan Perawatan Anak dengan Kemoterapi
l.     Ketrampilan Pemberian Terapi Cairan & Nutrisi pada Anak
          Laboratorium Tumbuh Kembang anak :
c.   Ketrampilan Terapi Bermain
d.  Ketrampilan Pemeriksaan Tumbuh Kembang Anak ( Denver Development Screening Test )
e.  Ketrampilan Konseling Tumbuh-Kembang Anak
f.    Ketrampilan Pemenuhan Kebutuhan Tumbuh Kembang pada Anak dengan Kebutuhan Khusus ( ADHD, Autisme, Retardasi Mental )
6.      Mata Praktikum Keperawatan Medikal Surgikal
a.   Sistem Kardiovaskular
·            Ketrampilan Pemeriksaan Fisik Kardiovaskuler
·            Ketrampilan Mengenal Abnormalitas sistem kardiovaskuler
·            Ketrampilan melakukan & interpretasi pemeriksaan Elektrokardiografi
·            Ketrampilan pemeriksaan Central Venous Pressure
·            Mengenal Gambaran Radiologi klien dengan gangguan kardiovaskuler
·            Ketrampilan pemenuhan Kebutuhan Aktifitas pada klien dengan gangguan kardiovaskuler
·            Ketrampilan Perawatan Klien Perioperatif terkait sistem kardiovaskuler
·            Ketrampilan Perawatan klien terpasang Kateter jantung

b.   Sistem Persyarafan
·            Ketrampilan Pemeriksaan Fisik Persyarafan
·            Ketrampilan Mengenal Abnormalitas sistem persyarafan
·            Ketrampilan membantu persiapan pemeriksaan Lumbal Punctie
·            Mengenal pemeriksaan terkait dengan sistem Persyarafan ( CT-Scan, MRI, EEG)
·            Ketrampilan Perawatan Klien Perioperatif terkait sistem persyarafan
·            Ketrampilan perawatan Rehabilitasi pada klien dengan CVA
c.      Sistem Pencernaan
·            Ketrampilan Pemeriksaan Fisik Pencernaan
·            Ketrampilan Mengenal Abnormalitas sistem pencernaan
·            Ketrampilan pemasangan NGT
·            Ketrampilan pemberian terapi nutrisi enteral dan parenteral
·            Ketrampilan perawatan Colostomy
·            Ketrampilan Kumbah lambung ( Gastric Cooling )
·            Ketrampilan pemasangan darmbuise & Irigasi Colon
·            Ketrampilan Mempersiapkan klien untuk pemeriksaan khusus : Endoscopi, USG,Colon in loop, BNO, dll
·            Ketrampilan Perawatan Klien Perioperatif terkait sistem pencernaan
·            Ketrampilan mengambil & menyiapkan sediaan feses untuk pemeriksaan laboratorium
d.     Sistem Penglihatan
·            Ketrampilan Pemeriksaan Fisik Penglihatan
·            Ketrampilan Mengenal Abnormalitas sistem penglihatan
·            Ketrampilan pengambilan corpus alienum pd mata
·            Ketrampilan pemberian obat pada mata
·            Ketrampilan Irigasi Mata
·            Ketrampilan perawatan luka pada mata
·            Ketrampilan Perawatan Klien Perioperatif terkait sistem penglihatan
e.      Sistem ( Telinga-Hidung-Tenggorokan )
·            Ketrampilan Pemeriksaan THT
·            Ketrampilan Mengenal Abnormalitas sistem THT
·            Ketrampilan pengambilan corpus alienum pada Telinga & Hidung
·            Ketrampilan Irigasi telinga
·            Ketrampilan Pemberian Obat pada Hidung & Telinga
·            Ketrampilan perawatan luka pada THT
·            Ketrampilan mempersiapkan klien  sinusitis dengan tindakan Kass Spooling
·            Ketrampilan Pemeriksaan Transiluminasi
·            Ketrampilan Perawatan Klien Perioperatif terkait sistem THT
·            Mengenal pemeriksaan Audiometri
f.      Sistem Muskuloskeletal
·            Ketrampilan Pemeriksaan Fisik Muskuloskeletal
·            Ketrampilan Mengenal Abnormalitas sistem Muskuloskeletal
·            Ketrampilan Perawatan Klien Perioperatif terkait sistem Muskuloskeletal
·            Ketrampilan Perawatan klien dengan traksi
·            Ketrampilan Pemenuhan kebutuhan Mobilisasi pada klien dengan gangguan muskuloskeletal
·            Ketrampilan pemasangan dan perawatan klien dengan gips
g.     Sistem Endokrin
·            Ketrampilan Pemeriksaan Fisik Endokrin
·            Ketrampilan Mengenal Abnormalitas sistem endokrin
·            Ketrampilan Perawatan Klien Perioperatif terkait sistem Endokrin
·            Penghitungan BMR
·            Ketrampilan pemeriksaan kadar gula darah pada penderita DM ( Gluco-test digital, Fehling )
h.     Sistem Perkemihan
·            Ketrampilan Pemeriksaan Fisik Perkemihan
·            Ketrampilan Mengenal Abnormalitas sistem perkemihan
·            Ketrampilan Perawatan Klien Perioperatif terkait sistem Perkemihan
·            Ketrampilan perawatan klien dengan Hemodialisa
·            Ketrampilan pemasangan dan perawatan kateter
·            Ketrampilan perawatan Kateter Suprapubic
·            Ketrampilan Spooling Kateter
·            Ketrampilan mengambil & menyiapkan sediaan urine untuk pemeriksaan laboratorium
·            Ketrampilan Keegel Exercise dan Bladder Training
i.       Sistem Integumen
·            Ketrampilan Pemeriksaan Fisik Integumen
·            Ketrampilan Mengenal Abnormalitas sistem integumen
·            Ketrampilan Perhitungan Luas Luka Bakar
·            Ketrampilan Pemberian Resusitasi Cairan pada Luka Bakar
·            Ketrampilan perawatan Luka Bakar
·            Ketrampilan Rehabilitasi pada klien dengan Luka Bakar
·            Perawatan klien dengan Dermatitis
·            Perawatan Luka pada klien dengan Cellulitis
·            Ketrampilan Perawatan Klien Perioperatif terkait sistem Integumen
·            Ketrampilan perawatan Ulcus Decubitus
·            Ketrampilan melakukan tes alergi
j.       Sistem Cairan dan darah
·            Ketrampilan Pemeriksaan Fisik terkait Cairan & Darah
·            Ketrampilan Mengenal Abnormalitas sistem integumen
·            Ketrampilan Memenuhi Kebutuhan Cairan untuk pasien dengan berbagai gangguan keseimbangan cairan ( Dehidrasi, Overhidrasi dll)
·            Ketrampilan perawatan klien dengan gangguan kelainan darah (Anemia, thalassemia, leukimia, hemofilia )
·            Ketrampilan pemberian tranfusi darah
·            Ketrampilan Perawatan Klien Perioperatif terkait sistem Cairan & Darah
·            Ketrampilan mengambil & menyiapkan sediaan darah untuk pemeriksaan laboratorium
·            Ketrampilan pemasangan dan perawatan klien dengan Infus & Syringe Pump
·            Ketrampilan perawatan klien dengan HIV
k.     Sistem pernafasan
·            Ketrampilan Pemeriksaan Fisik sistem pernafasan
·            Ketrampilan Mengenal Abnormalitas sistem pernafasan
·            Ketrampilan Perawatan Klien Perioperatif terkait sistem pernafasan
·            Ketrampilan pemberian Fisioterapi dada ( nebulizer, suctioning, clapping, postural drainage, nafas dalam, batuk efektif )
·            Ketrampilan perawatan klien yang terpasang WSD
·            Ketrampilan pemasangan alat bantu pernafasan
·            Ketrampilan mengambil darah arteri untuk pemeriksaan Blood Gas Artery
·            Ketrampilan mengambil & menyiapkan sediaan dahak/sputum untuk pemeriksaan laboratorium
7.      Mata Praktikum Keperawatan Jiwa
a.   Ketrampilan Melakukan Komunikasi Terapiutik
b.   Ketrampilan dalam pengkajian klien dengan gangguan Jiwa
c.    Ketrampilan Melakukan Terapi Aktifitas Kelompok
d.   Ketrampilan Memberikan terapi Okupasi
e.   Ketrampilan Dalam Konseling Kesehatan Jiwa
f.    Ketrampilan pendokumentasian Strategi Pelaksanaan & Analisis Proses Interaksi
g.   Ketrampilan pemberian obat pada klien dengan gangguang jiwa
h.   Ketrampilan Restrain pada klien gaduh gelisah / amuk
i.     Ketrampilan Penyuluhan Kesehatan Jiwa
8.      Mata Praktikum Keperawatan Komunitas
a.   Ketrampilan dalam pengkajian keperawatan komunitas
b.   Ketrampilan dalam penyuluhan kesehatan masyarakat
c.    Ketrampilan dalam pemberian Asuhan Keperawatan Keluarga
d.   Ketrampilan dalam pemberian Asuhan Keperawatan pada Lansia
e.   Ketrampilan dalam pemberian Asuhan Keperawatan Kelompok Khusus
f.    Ketrampilan dalam pendokumentasian Asuhan Keperawatan Komunitas
g.   Ketrampilan dalam pemberian pelayanan keperawatan di Layanan Kesehatan (Posyandu, Puskesmas, Polindes, dll )
9.      Mata Praktikum Keperawatan Kegawat Daruratan / Kritis
a.   Ketrampilan melakukan pengkajian kegawatdaruratan
b.   Ketrampilan dalam Resusitasi Jantung-Paru (Basic Cardiac life Support)
c.    Ketrampilan melakukan Advance Threatening Life Support
d.   Ketrampilan penanganan Bencana Massal ( Mass Disaster )
e.   Ketrampilan Balut & Bidai
f.    Ketrampilan Menghentikan perdarahan
g.   Pre-Hospital Trauma Management
h.   Trauma Nursing Process Skill
10.   Sarana dan Prasarana Laboratorium Keperawatan :
a.   Ruang Demontrasi yang representative, Ruang laboratorium keperawatan dasar & Medikal Bedah, Ruang Laboratorium Keperawatan Anak yang terdiri dari Unit pemeriksaan, Pediatric Intensive Care Unit , Unit rawat Inap Anak dan Ruang Bermain, Ruang laboratorium Keperawatan maternitas yang terdiri dari Unit Pre-Natal, Unit Intra-Natal dan Unit Post-Natal, serta Pojok Laktasi, Ruang Laboratorium Keperawatan Jiwa, Ruang Laboratorium Keperawatan komunitas, Ruang Laboratorium Keperawatan Tumbuh-Kembang Anak.
b.   Berbagai Peralatan penunjang kegiatan praktikum yang tersedia ditiap-tiap ruang laboratorium termasuk peralatan peraga/  simulasi / phantom yang dapat digunakan untuk aplikasi langsung  sebagaimana kondisi riil dilapangan, seperti :  Phantom pemeriksaan jantung-Paru, Phantom Kehamilan dan Persalinan, Phantom Resusitasi jantung-Paru, Phantom pemasangan kateter, NGT, Infus, dan lain-lain
c.    Berbagai alat penunjang pemeriksaan fisik baik manual maupun electric seperti : Elektrokardiografi, ophtalmoscope, Otoscope, Tonometri dan lain-lain.
d.   Bebagai Penunjang kebutuhan belajar secara visual : Berbagai CD Ketrampilan Keperawatan, dan lain-lain.